Proses Penciptaan Manusia Dalam IPTEK dan Islam

A. Penciptaan Manusia Menurut IPTEK

Dalam sains dikenal teori pertama yang dapat dikenali dari Aristotle (384-322M) yang disebut sebagai teori Abiogenesis atau Generasio Spontanea. Menurut teori ini, semua yang hidup muncul secara terus menerus dari yang mati atau materi. 

Adapula teori Darwin yang berdasarkan atas seleksi alam yang dapat menghasilkan perubahan besar pada organisme setelah waktu yang lama bahkan pada suatu saat tertentu dapat menghasilkan spesies baru. Dia juga mengatakan bahwa semua organisme yang meliputi seluruh tumbuhan dan hewan yang ada dan pernah ada berkembang dari beberapa atau bahkan satu satu bentuk yang sangat sederhana melalui proses penurunan dengan modifikasi melalui seleksi alam.Pada abad ke-19 dunia ilmu pengetahuan diguncang oleh temuan baru yang kontroversial, yaitu teori evolusi. Teori ini mengemukakan bahwa jenis manusia ada dimuka bumi melalui suatu proses panjang evolusi.Salah satu teori yang paling dikenal mengenai keberadaan manusia, dimana ia mengatakan bahwa manusia sebenarnya berasal dari monyet yang berevolusi dalam jangka waktu lama hingga menjadi manusia purba dan manusia purba tersebut berevolusi lagi menjadi manusia modern seperti kita ini. Semua evolusi tersebut memakan jangka waktu yang sangat lama. Ini adalah teori yang melambangkan pengetahuan di mata para ilmuwan.Seperti teorinya, pencetus teori ini hingga beberapa waktu yang lalu masih menjadi bahan perdebatan para ilmuan. Hingga tahun 2008, hanya satu nama yang diakui sebagai pencetus teori evolusi, yaitu Charles Robert Darwin (1809-1882). Pada 1859, Darwin mengemukakan teori evolusinya dalam bukunya, On the Origin of Spesies: Survival of the Fittest by Means of Natural Selection, buku ini dipercaya sebagai buku pertama yang menjelaskan tentang teori evolusi yang menyatakan bahwa makhluk hidup selalu menyesuaikan diri dengan lingkungan alamiahnya yang terus berubah. Urutan kejadian manusia menurut teori evolusi. Pada permulaan kehidupan, bentuk kehidupan yang ada berrupa mikroorganisme (makhluk renik) uniseluler dengan inti sel yang belum sempurna (prokaryotic unicelluler microorganisms). Dengan adanya seleksi alam, sedikit demi sedikit mikroorganisme uniseluler berevolusi menjadi mikroorganisme multiseluler, kemudian dengan menjadi inti sel yang sempurna . evolusi selanjutnya akan memunculkan tumbuhan tingkat rendah, seperti ganggang atau jamur yang pada proses selanjutnya berevolusi menjadi tumbuhan tingkat tinggi. Dari mikroorganisme menjadi tumbuhan, ada percabangan karena mutasi yang sukses menjadi hewan tingkat rendah, kemudian menjadi hewan tingkat tinggi. Kemudian muncul binatang-binatang tingkat tinggi yang berukuran besar. Dengan tidak sengaja, dari salah satu binatang muncullah manusia. Hal ini dibuktikan dengan adanya sederet bukti berrupa tengkorak hewan yang secara runtut mengarah ke tengkorak manusia saat ini.Bukti lain untuk menguatkan teori ini adalah perkembangan bentuk embrio berbagai jenis binatang. Dalam perkembangannya, embrio manusia berubah-ubah bentuk, dimulai dari serupa embrio ikan, kelinci, dan binatang lainnya, dan berakhir pda bentuk manusia. Namun seorang pakar bernama Erns Haeckel, seorang pengikut fanatik Darwin, dalam tulisannya mengenai evolusi manusia terbukti belakangan ini telah melakukan manipulasi foto-foto embrio dari beberapa jenis binatang dan manusia sedemikian rupa sehingga apa yang diinginkannya seolah terbukti. Dari temuan yang disebut terakhir ini kemudian diputuskan bahwa evolusi panjang manusia berasal dari binatang tingkat rendah.Namun, seiring dengan perkembangan dunia ilmu pengetahuan modern, teori Darwin ini lambat laun digugurkan oleh para ilmuwan-ilmuwan modern yang disebabkan karena kegagalan Darwin dalam menjelaskan proses mekanisme transdormasi gen dari DNA kera menjadi manusia. Sungguh sangat gempar dan ironis bagi para ilmuwan dan kita pada saat ini yang telah lama belajar mendalami ilmu dan konsep teorinya.Hal ini dapat dilihat melalui dalam diagram yang dibuat oleh Washburn (tahun 1960). 

Persoalan jika benar manusia berasal dari kera mengapa manusia tidak berubah menjadi kera dan begitu juga sebaliknya. Oleh sebab itu, manusia dan kera berbeda dan teori ini tidak relevan.

B. Penciptaan Manusia Menurut Al-Qur’an

Manusia adalah makhluk ciptaan Allah SWT yang diciptakan dalam bentuk yang sebaik-baiknya. Sebagaimana dalam firman-Nya QS.At-Tin ayat 4:

لَقَدْ خَلَقْنَا الْإِنْسَانَ فِي أَحْسَنِ تَقْوِيمٍ

“Sesungguhnya kami telah menciptakan manusia dalam bentuk yang sebaik-baiknya”. (Q. S. At-Tiin : 4).

Manusia juga adalah makhluk yang paling mulia dibandingkan makhluk-makhluknya yang lain,

كُلًّا نُمِدُّ هَٰؤُلَاءِ وَهَٰؤُلَاءِ مِنْ عَطَاءِ رَبِّكَ ۚ وَمَا كَانَ عَطَاءُ رَبِّكَ مَحْظُورًا 

“ Kepada masing-masing baik golongan ini maupun golongan itu kami berikan bantuan dari kemurahan Tuhanmu. Dan kemurahan tuhanmu tidak dapat dihalangi.” (Al-Isra: 20).

1. Proses Penciptaan Manusia Pertama (Adam)

Di dalam Al Qur’an, dijelaskan bahwa Adam diciptakan oleh Allah dari tanah yang kering kemudian dibentuk oleh Allah dengan bentuk yang sebaik-baiknya. Setelah sempurna maka oleh Allah ditiupkan ruh kepadanya maka dia menjadi hidup. Hal ini ditegaskan oleh Allah di dalam firman-Nya :

 الَّذِي أَحْسَنَ كُلَّ شَيْءٍ خَلَقَهُ ۖ وَبَدَأَ خَلْقَ الْإِنْسَانِ مِنْ طِينٍ

"Yang membuat sesuatu yang Dia ciptakan sebaik-baiknya dan Yang memulai penciptaan manusia dari tanah". (QS. As Sajdah : 7)

وَلَقَدْ خَلَقْنَا الْإِنْسَانَ مِنْ صَلْصَالٍ مِنْ حَمَإٍ مَسْنُونٍ 

"Dan sesungguhnya Kami telah menciptakan manusia (Adam) dari tanah liat kering (yang berasal) dari lumpur hitam yang diberi bentuk". (QS. Al Hijr : 26)

2. Proses Penciptaan Manusia Kedua (Siti Hawa)

Pada dasarnya segala sesuatu yang diciptakan oleh Allah di dunia ini selalu dalam keadaan berpasang-pasangan. Demikian halnya dengan manusia, Allah berkehendak menciptakan lawan jenisnya untuk dijadikan kawan hidup (istri). Adapun proses kejadian manusia kedua ini oleh Allah dijelaskan di dalam surat An Nisaa’ ayat 1 :

يَا أَيُّهَا النَّاسُ اتَّقُوا رَبَّكُمُ الَّذِي خَلَقَكُمْ مِنْ نَفْسٍ وَاحِدَةٍ وَخَلَقَ مِنْهَا زَوْجَهَا وَبَثَّ مِنْهُمَا رِجَالًا كَثِيرًا وَنِسَاءً ۚ وَاتَّقُوا اللَّهَ الَّذِي تَسَاءَلُونَ بِهِ وَالْأَرْحَامَ ۚ إِنَّ اللَّهَ كَانَ عَلَيْكُمْ رَقِيبًا

"Hai sekalian manusia, bertaqwalah kepada Tuhanmu yang telah menciptakan kamu dari seorang diri, dan dari padanya Allah menciptakan isterinya, dan daripada keduanya Allah memperkembangbiakkan laki-laki dan perempuan yang sangat banyak..." (QS. An Nisaa’: 1)

Di dalam salah satu Hadits yang diriwayatkan oleh Bukhari dan Muslim dijelaskan : "Maka sesungguhnya perempuan itu diciptakan dari tulang rusuk Adam" (HR. Bukhari-Muslim) 

Ayat-ayat diatas mengandung makna bahwa untuk manusia Allah menjadikan pasangannya dari jenis yang sama sehingga dapat terjadi rasa ketertarikan antara yang satu dengan yang lainnya untuk berkembang biak. Apabila kita amati proses kejadian manusia kedua ini, maka secara tidak langsung hubungan manusia laki-laki dan perempuan melalui perkawinan adalah usaha untuk menyatukan kembali tulang rusuk yang telah dipisahkan dari tempat semula dalam bentuk yang lain. Dengan perkawinan itu maka akan lahirlah keturunan yang akan meneruskan generasinya.

3. Proses Penciptaan Manusia Ketiga (semua keturunan Adam dan Hawa)

Manusia ketiga adalah semua keturunan Adam dan Hawa kecuali Nabi Isa a.s. Dalam proses ini disamping dapat ditinjau menurut Al Qur’an dan Al Hadits dapat pula ditinjau secara medis. Di dalam Al Qur’an proses kejadian manusia secara biologis dijelaskan secara terperinci melalui firman-Nya diatas, yaitu surat Al-Mu’minun ayat 12-14 :

وَلَقَدْ خَلَقْنَا الْإِنْسَانَ مِنْ سُلَالَةٍ مِنْ طِينٍثُمَّ جَعَلْنَاهُ نُطْفَةً فِي قَرَارٍ مَكِينٍثُمَّ خَلَقْنَا النُّطْفَةَ عَلَقَةً فَخَلَقْنَا الْعَلَقَةَ مُضْغَةً فَخَلَقْنَا الْمُضْغَةَ عِظَامًا فَكَسَوْنَا الْعِظَامَ لَحْمًا ثُمَّ أَنْشَأْنَاهُ خَلْقًا آخَرَ ۚ فَتَبَارَكَ اللَّهُ أَحْسَنُ الْخَالِقِينَ

"Dan sesungguhnya Kami telah menciptakan manusia dari suatu saripati (berasal) dari tanah. Kemudian Kami jadikan saripati itu air mani (yang disimpan) dalam tempat yang kokoh (rahim). Kemudian air mani itu Kami jadikan segumpal darah, lalu segumpal darah itu Kami jadikan segumpal daging, dan segumpal daging itu Kami jadikan tulang belulang, lalu tulang belulang itu Kami bungkus dengan daging. Kemudian Kami jadikan dia makhluk yang (berbentuk) lain. Maka Maha sucilah Allah, Pencipta Yang Paling Baik" (QS.Al-Mu’minun 12-14)

Kemudian dalam salah satu hadits Rasulullah SAW bersabda : "Telah bersabda Rasulullah SAW dan dialah yang benar dan dibenarkan. Sesungguhnya seorang diantara kamu dikumpulkannya pembentukannya (kejadiannya) dalam rahim ibunya (embrio) selama empat puluh hari. Kemudian selama itu pula (empat puluh hari) dijadikan segumpal darah. Kemudian selama itu pula (empat puluh hari) dijadikan sepotong daging. Kemudian diutuslah beberapa malaikat untuk meniupkan ruh kepadanya (untuk menuliskan/menetapkan) empat kalimat (macam) : rezekinya, ajal (umurnya), amalnya, dan buruk baik (nasibnya)." (HR. Bukhari-Muslim). 

Al-Ghazali mengungkapkan proses penciptaan manusia dalam teori pembentukan (taswiyah) sebagai suatu proses yang timbul di dalam materi yang membuatnya cocok untuk menerima ruh. Materi itu merupakan sari pati tanah liat nabi Adam a.s. yang merupakan cikal bakal bagi keturunannya. Cikal bakal atau sel benih (nuthfah) ini yang semula adalah tanah liat setelah melewati berbagai proses akhirnya menjadi bentuk lain (khalq akhar) yaitu manusia dalam bentuk yang sempurna. Tanah liat berubah menjadi makanan (melalui tanaman dan hewan), makanan menjadi darah, kemudian menjadi sperma jantan dan indung telur. Kedua unsur ini bersatu dalam satu wadah yaitu rahim dengan transformasi panjang yang akhirnya menjadi tubuh harmonis (jibillah) yang cocok untuk menerima ruh. Sampai di sini prosesnya murni bersifat materi sebagai warisan dari leluhurnya. Kemudian setiap manusia menerima ruhnya langsung dari Allah disaat embrio sudah siap dan cocok menerimanya. Maka dari pertemuan antara ruh dan badan, terbentuklah makhluk baru manusia.

C. Perpaduan antara Al-Qur’an dan IPTEK dalam Penciptaan Manusia

Terwujudnya alam semesta ini berikut segala isinya diciptakan oleh Allah dalam waktu enam masa. Hal ini sesuai dengan firman Allah :

الَّذِي خَلَقَ السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضَ وَمَا بَيْنَهُمَا فِي سِتَّةِ أَيَّامٍ ثُمَّ اسْتَوَىٰ عَلَى الْعَرْشِ ۚ الرَّحْمَٰنُ فَاسْأَلْ بِهِ خَبِيرًا

"Yang menciptakan langit dan bumi dan apa yang ada iantara keduanya dalam enam masa, kemudian Dia bersemayam diatas Arsy (Dialah) Yang Maha Pemurah, maka tanyakanlah itu kepada Yang Maha Mengetahui." (QS. Al Furqaan (25) : 59)

Keenam masa itu adalah Azoikum, Ercheozoikum, Protovozoikum, Palaeozoikum, Mesozoikum, dan Cenozoikum. Dari penelitian para ahli, setiap periode menunjukkan perubahan dan perkembangan yang bertahap menurut susunan organisme yang sesuai dengan ukuran dan kadarnya masing-masing. (tidak berevolusi).

الَّذِي لَهُ مُلْكُ السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضِ وَلَمْ يَتَّخِذْ وَلَدًا وَلَمْ يَكُنْ لَهُ شَرِيكٌ فِي الْمُلْكِ وَخَلَقَ كُلَّ شَيْءٍ فَقَدَّرَهُ تَقْدِيرًا

"...dan Dia telah menciptakan segala sesuatu, dan Dia menetapkan ukuran-ukurannya dengan serapi-rapinya" (QS. Al Furqaan (25) : 2)

Perpaduan antara Al Qur’an dengan hasil penelitian ini maka teori evolusi Darwin ternyata tidak dapat diterima. Penelitian membuktikan bahwa kurun akhir (cenozoikum) adalah masa dimana mulai muncul manusia yang berbudaya dan Allah menciptakan lima kurun sebelumnya lengkap dengan segala isinya adalah untuk memenuhi kebutuhan yang diperlukan oleh manusia.Hal ini dijelaskan oleh Allah di dalam salah satu firman-Nya :

هُوَ الَّذِي خَلَقَ لَكُمْ مَا فِي الْأَرْضِ جَمِيعًا ثُمَّ اسْتَوَىٰ إِلَى السَّمَاءِ فَسَوَّاهُنَّ سَبْعَ سَمَاوَاتٍ ۚ وَهُوَ بِكُلِّ شَيْءٍ

"Dia-lah Allah, yang menjadikan segala yang ada di bumi untuk kamu dan Dia berkehendak (menciptakan) langit, lalu dijadikan-Nya tujuh langit. Dan Dia Maha Mengetahui atas segala sesuatu" (QS Al Baqarah (2) : 29)

Kemudian di dalam surat Al Baqarah ayat 31 s/d 32 Allah berfirman :

وَعَلَّمَ آدَمَ الْأَسْمَاءَ كُلَّهَا ثُمَّ عَرَضَهُمْ عَلَى الْمَلَائِكَةِ فَقَالَ أَنْبِئُونِي بِأَسْمَاءِ هَٰؤُلَاءِ إِنْ كُنْتُمْ صَادِقِينَقَالُوا سُبْحَانَكَ لَا عِلْمَ لَنَا إِلَّا مَا عَلَّمْتَنَا ۖ إِنَّكَ أَنْتَ الْعَلِيمُ الْحَكِيمُ

"Dan Dia mengajarkan kepada Adam nama-nama (benda-benda) seluruhnya, kemudian mengemukakannya kepada para Malaikat lalu berfirman : ‘Sebutlah kepada-Ku nama benda-benda itu jika kamu memang orang-orang yang benar!’. Mereka menjawab : ‘Maha Suci Engkau, tidak ada yang kami ketahui selain daripada apa yang telah Engkau ajarkan kepada kami; Sesungguhnya Engkaulah yang Maha Mengetahui lagi Maha Bijaksana (QS. Al Baqarah (2) : 31-32)

Untuk memelihara kelebihan ilmu yang dimiliki oleh Adam a.s maka Allah berkenan menurunkan kepada semua keturunannya agar derajat mereka lebih tinggi daripada makhluk yang lain. 

Apabila kita menilik kepada literatur-literatur yang berkaitan dengan masalah antropologi, maka akan tampak sekali keragu-raguan dari para ahli antropologi sendiri, apakah Homo Sapiens itu benar-benar berasal dari Pithecanthropus atau Sinanthropus, Setelah melalui berbagai pertimbangan akhirnya para ahli mengambil kesimpulan bahwa Pithecanthropus dan Sinanthropus bukanlah asal (nenek moyang) dari Homo Sapiens (manusia), tetapi keduanya adalah makhluk yang berkembang dengan bentuk pendahuluan yang mirip dengan manusia kemudian musnah atau punah.

وَإِذْ قَالَ رَبُّكَ لِلْمَلَائِكَةِ إِنِّي جَاعِلٌ فِي الْأَرْضِ خَلِيفَةً ۖ قَالُوا أَتَجْعَلُ فِيهَا مَنْ يُفْسِدُ فِيهَا وَيَسْفِكُ الدِّمَاءَ وَنَحْنُ نُسَبِّحُ بِحَمْدِكَ وَنُقَدِّسُ لَكَ ۖ قَالَ إِنِّي أَعْلَمُ مَا لَا تَعْلَمُونَ

"Ingatlah ketika Tuhanmu berfirman kepada para Malaikat : ‘Sesungguhnya Aku hendak menjadikan seorang khalifah di muka bumi’. Mereka berkata : ‘Mengapa Engkau hendak menjadikan (khalifah) di bumi itu orang yang akan membuat kerusakan padanya dan menumpahkan darah, padahal kami senantiasa bertasbih dengan memuji Engkau dan mensucikan Engkau?’. Tuhan berfirman : ‘Sesungguhnya Aku mengetahui apa yang tdak kamu ketahui’."(QS. Al Baqarah (2) : 30)

Dari ayat ini banyak mengandung pertanyaan, siapakah makhluk yang berbuat kerusakan yang dimaksud oleh malaikat pada ayat diatas. 

Dalam literatur Antropologi memang ada jawabannya yaitu sebelum manusia Homo Sapiens (manusia berbudaya) memang ada makhluk yang mirip dengan manusia yang disebut Pithecanthropus, Sinanthropus, Neanderthal, dan sebagainya yang tentu saja karena mereka tidak berbudaya maka mereka selalu berbuat kerusakan seperti yang dilihat para malaikat.Nama-nama makhluk yang diungkapkan para ahli antropologi diatas dapat pula ditemui dalam pendapat para ahli mufassirin. Salah satu diantaranya adalah Ibnu Jazir dalam kitab tafsir Ibnu Katsir mengatakan :"Yang dimaksud dengan makhluk sebelum Adam a.s diciptakan adalah Al Jan yang kerjanya suka berbuat kerusuhan"

Dengan demikian dari uraian diatas maka dapatlah disimpulkan bahwa Adam a.s adalah manusia pertama, khalifah pertama dan Rasul (nabi) pertama. Hal ini sesuai dengan firman Allah :

إِنَّا أَرْسَلْنَاكَ بِالْحَقِّ بَشِيرًا وَنَذِيرًا ۚ وَإِنْ مِنْ أُمَّةٍ إِلَّا خَلَا فِيهَا نَذِيرٌ

"Dan tidak ada suatu umatpun (manusia) melainkan telah ada padanya seorang pemberi peringatan (Nabi)" (QS. Fathir : 24)

وَلِكُلِّ أُمَّةٍ رَسُولٌ ۖ فَإِذَا جَاءَ رَسُولُهُمْ قُضِيَ بَيْنَهُمْ بِالْقِسْطِ وَهُمْ لَا يُظْلَمُونَ

“Tiap-tiap umat mempunyai Rasul" (QS. Yunus : 47)

D. Hikmah dari Proses Penciptaan Manusia :

1. Mengenal Kebesaran dan Kekuasaan Allah

Mengenal kekuasan dan kebesaran Allah pada hakikatnya tidak mungkin dilakukan atau dihayati jika kita tidak pernah melihat ciptaannya atau hasil karya Yang Maha Agung tersebut. Di alam ini ada sangat banyak tanda-tanda kekuasaan Allah mulai dari alam yang sangat mikro dan sangat makro, yang tidak mungkin semua kita dapat jangkau.Mengenal kebesaran dan kekuasaan Allah juga semakin meningkatkan fungsi iman kepada Allah dan mendapatkan manfaat beriman kepada Allah SWT , ntuk menjaga diri kita dari kesyirikan dan berpaling dari jalan Allah. Syirik dalam islam adalah dosa yang tidak terampuni. Untuk itu, perlu meningkatkan iman salah satunya dengan ilmu pengetahuan alam. Dengan ilmu pengetahuan pula kita bisa mengenal sifat-sifat Allah dan asmaul husna. Ada banyak manfaat asmaul husna jika dibaca setiap saat, salah satunya senantiasa mengingat dan membuat Allah selalu dalam hati.Mencari tahu proses penciptaan manusia dan konsep manusia dalam islam dengan ilmu yang benar membuat kita semakin mengenal dan menghayati kebesaran Allah. Tanpa menggunakan akal dan ilmu pengetahuan yang benar, kekuasaan dan kebesaran Allah tidak akan mungkin tergali secara mendalam. Sampai manusia meninggal dan habis pun populasinya tidak akan pernah bisa mengenal seluruh ciptaan Allah Yang Maha Dahsyat keseluruhannya.Memahami sebagian saja membuat kita kagum, apalagi mengetahui seluruhnya. 

2. Semakin Tunduk Pada Allah

Manusia yang memahami kebesaran dan kekuasaan Allah lewat proses penciptaan manusia, maka dia akan mengenal betapa hebatnya Allah dengan segala hukum-hukumnya. Dengan begitu, ia tidak akan mungkin bisa tunduk kepada selain Allah dan mau untuk melaksanakan fungsi agama, mengimani rukun iman dan menjalankan rukun islam.Misalnya saja bagaimana Allah menciptakan fungsi mata pada manusia. Jika digunakan ilmu pengetahuan yang mendalam mengenai cara kerja mata dan bagaimana mata bekerja, maka akan dirasakan bahwa sedikit saja bergeser posisi mata maka akan kehilangan penglihatan.Begitupun contohnya dengan air susu ibu. Bayi yang baru lahir akan senantiasa meminum air susu ibu yang penuh gizi untuk kesehatan dan pertumbuhan bayi. Air susu adalah hasil dari kerja hormon dan juga proses melahirkan yang telah dialami ibu. Andai kata disadari manusia akan penuh syukur dan tidak akan mungkin mengingkari Allah. Tanpa-Nya manusia akan lenyap, tidak bisa hidup, dan hilang keseimbangan dalam kehidupan di muka bumi.

3. Tidak Sombong dan Angkuh

Dengan mengetahui proses penciptaan manusia maka kita tidak akan mungkin bisa berlaku angkuh dan sombong. Kita akan menyadari bahwa manusia tidak memiliki apapun dan tidak bisa apapun jika dibandingkan dengan kekuasaan Allah SWT. Tidak ada bandingannya jika kita mau angkuh dan sombong karena manusia tidak memiliki apa-apa. Semuanya adalah hasil pemberian Allah dan kenikmatan yang Allah berikan.Hidayah Allah kepada manusia tidak akan bisa sampai pada manusia yang angkuh dan sombong serta tidak mau mengevaluasi diri. Untuk itu, memahami proses penciptaan manusia membuat diri kita tunduk, berserah, dan kembali menyadari betapa kecilnya manusia.


MOHON MAAF BILA ADA KESALAHAN DALAM PENULISAN AYAT SUCI AL-QUR'AN 

SHARE

Milan Tomic

Hi. I’m Designer of Blog Magic. I’m CEO/Founder of ThemeXpose. I’m Creative Art Director, Web Designer, UI/UX Designer, Interaction Designer, Industrial Designer, Web Developer, Business Enthusiast, StartUp Enthusiast, Speaker, Writer and Photographer. Inspired to make things looks better.

  • Image
  • Image
  • Image
  • Image
  • Image
    Blogger Comment
    Facebook Comment

0 komentar:

Posting Komentar